v Menyalahkan
Menyalahkan itu tidak baik,menyalahkan orang lain maupun diri sendiri. Menyalahkan => Ketika terjadi sesuatu dan itu bukan hal yang baik,maka akan muncul ^Menyalahkan^.
Contohnya bisa dimulai dari hal yang kecil. Misalnya seseorang yang tengah berjalan dan dalam suasana riang ceria,matanya tidak akan fokus kejalan, pabila dia berada di taman maka matanya akan melihat bunga-bunga. Tiba-tiba kakinya tersandung batu, “Adawh,, kamu kok disini batu?”. Yang disalahkan benda yang diam. Atau yang lain misalnya; Kepeleset kulit pisang, yang akan disalahkan perama kali adalah kulit pisangnya trus orang yang telah membuang kulit pisang itu sembarangan.Padahal inti sebenarnya dari kejadian itu adalah kekurang hati-hatian kita.
# Allah tidak memberikan kecuali yang kita usahakan. Usaha agar jatuh ya,, jangan liat2 jalan.
v Rasionalisasi
Rasionalisasi => Orang paling nggak suka atau nggak nyaman apabila disalahkan. Hal inilah yang menyebabkan munculnya ^Rasionalisasi^.
Rasionalisasi dapt juga dikatakan Mencari-cari Alasan dan dalam redaksi Rasulullah disebut Tulul Amal.
Contohnya: Misal seseorang punya planning tahun ini punya penghasilan 5 Juta rupiah. Dan itu tidak berhasil.”Iyalah nggak berhasil relasiku khan sedikit... Akupun sibuk dengan agenda lain.. dan banyak alasan lain yang akan membenarkan ketidak berhasilannya itu. Dan setiap alasan itu dibuat sepositif mungkin.
Sebenarnya akar dari semua ini adalah rasa tidak nyaman karena melakukan kesalahan. Sebab kesalahan itu akan membuat seseorang merasa tidak berharga,ini berhubungan juga dengan konsep harga diri,Untuk menaikan harga diri tersebut makanya seseorang mencari-cari alasan yang disebut juga Apologia.
Kata Zainal Abidin.. Seorang Motivator;mencari-cari alasan itu seperti memetik angin,sangat mudah!
Rasionalisasi ini mengakibatkan tidak adanya evaluasi maksimal atas pekerjaan kita. Hal ini tidak untuk Individu saja,berlaku juga untuk organisasi dan negara.
v Malu Tanpa Iman
Jika Rasulullah bilang Malu adalah sebagian dari Iman. Yaitu malu pada Allah jika bermaksiat. Malu pada Rasulullah bila Akhlak kita tidak baik,Malu pada Al-Qur,an bila kita tidak hidup berlandaskan padanya.
Tapi malu yang menghambat kemajuan disini adalah Malu yang tanpa alasan.Seperti malu memberi nasihat karena takut dibilang Ustad,padahal sebenarnya kita mampu melakukannya. Malu terhadap pujian. Jika kita sendiri tidak bisa menerima hal itu bagaimana orang akan mengakui kita.
Dan memang dalam kehidupan kita ada koridor-koridor dalam Al-Qur,an yang tidak bisa kita langgar. Selagi tidak bertentangan dengan Aturan Allah,Why Not?
Seperti,, Malu tampil karena takut ditertawakan,malu diejek. Disini ada perasaan tidak nyaman dan ingin menutupinya.
Ini juga yang membuat pelajar tidak mau bertanya pada guru apabila tidak tahu,Malu Tanpa Iman.
#Al-Qur,an bilang Orang beriman itu tidak khawatir terhadap celaan.
Malu Tanpa Iman ini mengakibatkan Malu-Maluin,Tidak ada proses pembelajaran Ujungnya tidak ada kemajuan.
v Takut Tanpa Iman
Kalau tadi Malu tanpa iman,Sekarang adalah Takut Tanpa Iman. Kriterianya sama,yaitu takut yang tanpa alasan.
Seperti tidak melakukan sesuatu karena takut gagal.
Siapa yang tahu nasib kita dalam hitungan detik,menit,jam atau tahun kedepan. Semua itu ghaib buat kita. Coba saja melakukan yang terbaik. Kalau gagal bukan orangnya yang gagal,tapi rencananya.
v Penyakit Seandainya
Penyakit seandainya ini bisa diibaratkan dengan orang yang mengendarai mobil tapi lebih banyak melihat kaca spion. Akibatnya bisa jadi mobil nggak jalan-jalan karena takut nabrak.
Orang punya penyakit ^seandainya^ ini dikarenakan keinginan bernostalgianya sangat tinggi. “..Seandainya dulu kuliah dijurusan ini mungkin penghasilanku akan lebih tinggi..” dan sebagainya. Tulul amal itu panjang angan-angan dan menunda-nunda pekerjaan. Karena kalau sudah berandai-andai,habislah cerita disitu.Tidak ada waktu untuk mengoreksi diri apalagi berkreatifitas.
Dari point pertama timbul Pertanyaan:Apa yang perlu diperhatikan untuk mengetahui kekurangan kita? Sedang menyalahkan diri sendiri juga nggak baik...
Disini hanya berbeda konteksnya saja antara Menyalahkan Diri Sendiri dengan Mengambil Tanggung Jawab.
Menyalahkan diri sendiri mengakibatkan putus asa dan keterpurukan.
Sedangkan mengambil tanggung jawab adalah untuk melakukan yang lebih baik.
“ Ya,saya terima saya salah,dan saya akan membuatnya lebih baik.”
Dan untuk mengetahui kekurangan diri,disinilah gunanya merenung.
Mengevaluasi aktifitas kita sehari-hari:
ü Positif atau tidak positif
ü Produktif atau tidak
ü Aktifitas yang kita senangi atau yang tidak kita senangi.
Apabila tidak bisa mengevaluasi diri sendiri,takut kurang objektif karena adanya Rasionalisasi tadi maka jangan segan-segan minta pendapat orang lain,”Menurut ente kinerja ana kayak mana,,”
( Sumber: Hasan, Mutiara Pagi Trijaya FM,Ditulis oleh Turija Yakub,20 Maret 2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar